Mutu beton sangat tergantung dari proses produksi dan perawatannya. Setiap batch adukan beton, meskipun dibuat di dalam batching plant yang sama dengan desain campuran yang sama, pasti akan mendapatkan hasil kekuatan yang berbeda-beda. Oleh karenanya, pada pelaksanaan konstruksi beton, beton yang dicor harus selalu evaluasi kualitasnya. Di sini akan dijelaskan cara evaluasi kekuatan beton berdasarkan Peraturan Beton Indonesia 2003. Kata-kata yang digunakan di sini lebih disederhanakan dan tidak sama dengan yang ada di Peraturan namun tidak mengubah arti.
Frekuensi Pengujian
Pengambilan contoh uji beton harus diambil:
- Satu contoh uji perhari, atau setiap 120 m3 beton, atau setiap 500m2 permukaan lantai atau dinding.
- Jika dengan cara no 1 di atas hanya didapatkan kurang dari 5 uji untuk keseluruhan volume total beton, maka uji kekuatan harus diambil dari 5 adukan secara acak.
- Jika volume total beton kurang dari 40m3, maka tidak perlu pengujian jika bukti terpenuhinya kekuatan tekan disetujui oleh pengawas.
- Suatu uji kuat tekan adalah nilai rata-rata dari 2 contoh uji silinder dari adukan beton yang sama pada umur 28 hari.
Kriteria Penerimaan Beton di Laboratorium
Kuat tekan beton dinyatakan memenuhi syarat bila dipenuhi 2 hal dibawah ini:
- Setiap nilai rata-rata dari 3 uji yang berurutan minimal sama dengan fc’
- Tidak ada nilai uji kuat tekan yang dihitung sebagai nilai rata-rata dari 2 hasil uji mempunyai nilai di bawah fc’ lebih dari 3,5 MPa
Kriteria Penerimaan Beton di Lapangan
Jika diminta pengawas, maka uji kekuatan beton yang dirawat di lapangan harus dilaksanakan.
Jika hasil uji kuat tekan beton yang dirawat di lapangan kurang dari 85% dari kuat tekan beton yang dirawat di laboratorium, maka prosedur untuk perlindungan dan perawatan beton harus diperketat. Batas 85% ini tidak berlaku bila kuat tekan beton yang dirawat di lapangan melebihi fc’ sebesar minimal 3,5 MPa.
Pengujian pada Umur di bawah 28 Hari
Pengujian bisa dilakukan pada umur di bawah 28 hari bila dipandang perlu untuk mendapatkan perkiraan kekuatan beton secara dini. Untuk itu pengujian bisa dilakukan pada umur 3, 7, dan 14 hari. Grafik di bawah ini menunjukkan perkiraan perkembangan kekuatan beton dari 3 sampai 91 hari menurut SNI-T-15-1990-03 Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal yang dinyatakan sebagai persentase terhadap kuat tekan beton pada umur 28 hari.
6 December 2008 at 10:07
Pak Agus,
Cukup menarik artikel diatas. ada beberapa hal yang ingin saya ketahui, mungkin pertanyaannya sangat awam (saya lulusan teknik mesin bukan sarjana sipil) sbb:
1. Apa yang dimaksud K175, K225, K400 dsb?
2. Adakah formula yang mengkorelasikan antara perbandingan campuran dengan pertanyaan no 1?
Mohon diberikan pencerahan.
Terimakasih,
Sidik
9 December 2008 at 11:25
Pak Didik,
1. yang dimaksud K175, K225, K400 adalah mutu / kuat tekan beton yang berumur 28 hari. Huruf K menunjukkan jenis benda uji yang dipakai yaitu kubus, dan angka di belakangnya menunjukkan kuat tekan beton dalam satuan kg/cm2. Jadi K225 berarti kekuatan beton 225 kg/cm2.
2. Ada formula untuk menentukan campuran beton sehingga beton kita sesuai dengan kekuatan yang direncanakan. Untuk itu bapak bisa lihat di dalam peraturan yang saya sebutkan dalam artikel ini. Sebagai gambaran awal, kekuatan beton sangat dipengaruhi oleh perbandingan antara semen dan air, tidak semata-mata jumlah semen saja. Meskipun jumlah semen banyak kalau airnya juga banyak ya tidak akan memberikan mutu yang tinggi. Yang penting perbandingannya. Sedikit atau banyaknya air yang digunakan akan menentukan keenceran adonan beton yang dibuat.
12 December 2008 at 13:55
mas agus…
arti dari kode ini apa, SNI-T-15-1990-03…
tenkyu…
15 December 2008 at 9:09
mas Andy,
kode itu adalah nomer peraturannya, saya nggak tahu artinya. Ibarat no rekening di buku tabungan kita. Kalau mau beli bukunya ke dinas PU, tinggal sebutkan nomer ini, pasti nggak salah deh.
Salam.
15 December 2008 at 13:47
terima kasih atas informasinya…
jadi angka2 disitu tidak berhubungan dengan arti dari kode tersebut… betulkah pernyataan saya ini…???
ato mungkin saja (menurut pendapat saya), angka 1990 itu merupakan tahun pengeluaran…
tenkyu…
15 December 2008 at 17:33
Oh ya, benar. Kalau yang 1990 itu tahun keluarnya.
Salam.
15 December 2008 at 18:12
Maaf kalo saya banyak bertanya…
Saya kuliah di Teknik Mesin dan mengambil Tugas Akhir tentang Korosi Pada Beton Bertulang. Jadi setidaknya saya harus banyak mengerti tentang seluk beluk beton.
Mungkin kalo ada pertanyaan lagi, saya sampaikan di blog Anda atau mungkin Anda mempunyai YM…???
Tenkyu…
16 December 2008 at 11:29
mas Andy,
saya baru menulis mengenai korosi pada beton bertulang, juga sedikit penjelasan mengenai semen dan beton. Silahkan dibaca-baca.
Kalau ada pertanyaan lebih lanjut bisa leave comment di sana atau email saya di aguzher@yahoo.com.sg
Salam.
23 March 2009 at 8:13
Saya adalah mahasiswi T.Pertambangan yang sedang melakukan tugas akhir mengenai “Kekuatan Material Filling pada Underground Mine”.
Setelah saya membaca beberapa buku ternyata konsep kekuatan beton datpat saya terapkan dalam penelitian saya ini (mengingat material filling yang saya gunakan adalah campuran slurry + semen + aditive).
Yang saya tanyakan adalah
1. konsep-konsep apa yang dapat saya gunakan
2. bagaimana hubungan qu (ucs),kohesi dan angle of friction terhadap masing-masing curing time (saya pergunakan 7,14,21,28)
Terimakasih
Salam,
Puput
23 March 2009 at 9:48
mbak Puput, saya tidak tahu slurry apa yang anda maksudkan. Tapi perkiraan saya, slurry yang dimaksud adalah slurry bentonite karena ini ada hubungannya dengan perkuatan dinding galian.
Sepengatahuan saya, bentonite merupakan partikel halus yang memiliki kandungan clay yang tinggi. Dengan demikian, bentonite ini sangat mudah sekali menyerap air.
Dalam hubungannya dengan beton, mungkin dapat saya kemukakan konsep dasar beton sbb:
1. Kekuatan beton tergantung dari kekuatan pasta semen, kekuatan agregat, dan kekuatan ikatan antar agregat (baca selengkapnya di sini). Dalam hal ini agregat yang dimaksud adalah slurry.
2. Kekuatan pasta semen ditentukan oleh perbandingan campuran air dan semen (water/cement ratio). Semakin banyak air, kekuatan pasta semen semakin rendah.
3. Kekuatan agregat ditentukan oleh kekerasan agregat itu sendiri, dan gradasi agregat. Gradasi yang halus memberikan kekuatan yang lebih besar.
4. Kekuatan ikatan antar agregat ditentukan oleh kebersihan agregat terhadap bahan organik, bentuk butir agregat, dans sifat kimia. Bentuk butir yang lancip (persegi) membentuk ikatan yang lebih baik daripada bentuk bulat.
5. Untuk campuran beton dengan slurry saya belum punya referensinya sehingga mungkin harus dilakukan percobaan dengan berbagai macam kandungan air / slurry.
6. Menjawab pertanyaan no 2: Proses pengerasan semen adalah merupakan proses reaksi kimia antara air dengan semen. Jadi menurut saya tidak ada hubungan antara qu (ucs),kohesi dan angle of friction terhadap masing-masing curing time. Sifat-sifat fisika tersebut hanya mempengaruhi besarnya kekuatan beton secara keseluruhan (umur 28 hari), tapi tidak mempengaruhi kecepatan perkembangan kekuatan pada saat curing time. Kecepatan perkembangan kekuatan beton hanya ditentukan oleh tipe semen dan bahan aditif kimia yang ditambahkan.
22 May 2009 at 8:54
Mas tanya, bagaimana rumus untuk mencarai korelasi mutu beton menggunakan kode K dengan fc’.thank’s
30 May 2009 at 5:54
Mas Arwanto,
mutu beton K itu menggunakan benda uji kubus, sedangkan mutu beton fc’ menggunakan benda uji silinder. Untuk mengetahui korelasi antar keduanya bisa baca artikelnya di sini.
25 May 2009 at 18:01
mas Agus Hernandar, saya seorang mahasiswi T. sipil semester kedua.
saya ingin bertanya mengapa pengujian kekuatan tekan beton umumnya dilakukan pada umur 28 hari?
terima kasih
Stacia Andani
26 May 2009 at 8:56
mb Staci,
pengujian beton tidak hanya dilakukan pada umur 28 hari, tapi di proyek-proyek biasa juga dilakukan pada umur 7 dan 14 hari. Tujuannya bisa bermacam-macam. Bisa untuk memprediksi kekuatan beton yang dihasilkan, jadi bila diperkirakan kekuatan beton yang ada terlalu rendah bisa diantisipasi sedini mungkin. Bisa juga untuk menentukan apakah bekisting sudah bisa dibuka, atau apakah struktur sudah cukup kuat untuk menerima beban untuk sequence konstruksi selanjutnya misalnya pada kasus pembangunan gedung bertingkat. Tapi memang umur 28 hari dipakai sebagai acuan karena rumus-rumus yang ada di dalam peraturan menggunakan umur beton 28 hari. Kenapa 28 hari? Kalau ini saya nggak bisa jawab.
Demikian, semoga membantu.
11 November 2009 at 20:38
cuman menambahin aj mas..
kata2 anda Kenapa 28 hari?
– karena kekuatan beton yang sesungguhnya dihasilkan 28 hari soalnya di hari 28 hari lah kekuatan beton sesungguhnya. maksudnya kekuatan beton da mengeras seutuhnya dan jika usia beton 29 sampek seterusnya, kekuatanya nya menjadi konstan atau kata lain betonnya udah mengeras…
12 November 2009 at 8:51
Terima kasih mas Jhon. Namun kalau kita perhatikan lagi di grafik yang ada pada artikel di atas, tampak bahwa kekuatan beton masih naik lagi setelah 28 hari walaupun besarnya tidak signifikan. Di situ terlihat bahwa pada umur 90 hari kekuatan beton dengan semen tipe I masih bisa mencapai 120% dari kekuatan beton 28 hari.
16 March 2013 at 4:47
menambahkan juga,
kekuatan beton akan terus naik seiring berlangsungnya waktu, dibeberapa proyek sering juga dilakukan test 90 hari. akan tetapi kenaikan kekuatan beton dari 28 ke 90 hari tidak terlalu significant, memang naik, tapi kecil sekali. sedangkan 0-28 hari kenaikannya significant. karena itu 28 hari dipakai sebagai acuan untuk menentukan fc’ dan mewakili kekuatan beton seutuhnya dan bisa dipergunakan untuk perhitungan perhitungan desain kedepan.
26 May 2009 at 21:45
ohh..
di modul yang saya baca soalnya juga tidak dijelaskan, padahal itu merupakan soal dari tugas yang diberikan dosen saya
terima kasih untuk penjelasannya yah
11 June 2009 at 16:36
mas Aguzher sblmnya salam kenal
pada pengecoran slip form (dinding beton) bekisting diangkat setelah mangalami setting diawal, yang mau saya tanyakan ada tidak peraturan/penjelasan untuk hal tsb, mengingat bekisting boleh di bongkar min. pada umur 7hari. sebelumnya sy ucapkan terima kasih…
11 June 2009 at 17:37
Mas Bolo,
salam kenal juga.
Sebelumnya saya mau ralat dulu pernyataan bahwa bekisting baru boleh dibongkar pada umur 7 hari. Di dalam ACI 318 dikatakan bahwa bekisting vertikal yang tidak menahan beban lateral lain kecuali beban lateral dari beton plastis bisa dibuka setelah 12 jam dimana selama 12 jam tersebut suhu udara minimum adalah 50 F (10 C). Angka 7 hari itu untuk support bekisting di bawah balok. Untuk kasus lain harus ditentukan berdasarkan beban yang bekarja.
Kembali ke slipform, prinsipnya sama saja. Asal beton sudah mencapai kekuatan yang diperlukan (sesuai perhitungan) untuk menerima beban sendiri plus beban beton segar di atasnya, maka bekisting sudah dapat dibuka. Untuk memastikan apakah beton sudah mencapai kekuatan yang diperlukan atau belum harus dibuktikan dengan hasil test tekannya.
Mengenai referensi untuk slipform, mas Bolo bisa lihat ACI 347.
Demikian, semoga membantu.
16 June 2009 at 19:40
Ooo gitu.. ya..
ACI 347….coba saya cari..
makasih banyak atas jawabannya..lain waktu kalo mau tanya gak pa2 kan?
27 July 2009 at 15:50
PERTIMBANGAN APA YANG DIMABIL BAGI SEORANG PERENCANA UNTUK MEMBUAT SEBUAH CAMPURAN BETON?
BERDASARKAN BENTUK, TEKSTUR PERMUKAAN, UKURAN NOMINAL DAN GRADASINYA, AGREGAT YANG BAGAIMANA YANG BAIK UNTUK CAMPURAN BETON?
MENGAPA UJI KUAT TEKAN BETON UMUMNYA DILAKUKAN PADA UMUR 28 HARI?
APA YANG MENJADI PERTIMBANGAN DALAM PENGAMBILAN SAMPEL PEKERJAAN BETON?
JELASKAN TAHAPAN PENGERJAAN BETON DILAPANGAN AGAR DIDAPATKAN BETON YANG MEMENUHI STANDAR KUALITAS!
APA KELEBIHAN DAN KEKURANGAN CARA PENGADUKAN MANUAL DAN PENGADUKAN DENGAN MESIN, DILIHAT DARI VOLUME BETON YANG DIKERJAKAN?
REPLAY SECAPATNYA YA PAK….
TRIMS…
29 July 2009 at 9:27
Wah, nulisnya pakai huruf besar semua…mudah-mudahan mas Andi nggak lagi marah nih..Saya coba jawab satu-satu ya…
Dalam merencanakan campuran beton, beberapa hal yang harus dipertimbangkan adalah:
1. Bahan baku utama (kerikil, pasir, air, semen) apa yang ada di sekitar dan mudah didapatkan. Jangan cari bahan baku yang ideal, namun sulit untuk mendapatkannya.
2. Kuat tekan rencana yang harus dicapai. Ini untuk menentukan kadar semen dan dan air di dalam campuran.
3. Jenis, dimensi, ketinggian, kerapatan tulangan, dan metode pengecoran struktur tsb. Ini untuk menentukan ukuran max kerikil dan slump.
4. Kondisi kimiawi di sekitar struktur, apakah kondisinya asam, kadar sulfat tinggi, kadar karbon tinggi, dsb. Ini untuk menentukan jenis semen dan aditif yang diperlukan.
5. Sequence pekerjaan konstruksi, untuk menentukan perlu atau tidaknya aditif berupa accelerator, retarder, dsb.
Agregat yang ideal untuk campuran beton adalah yang memiliki bentuk persegi / bersudut (dari crusher) karena memiliki ikatan yang lebih baik daripada agregat yang berbentuk bulat (dari alam). Gradasi yang ideal adalah yang menerus (continuous).
Mengapa uji tekan beton pada 28 hari ? Silahkan baca jawaban saya atas pertanyaan Staci pada artikel yang sama.
Pertimbangan dalam pengambilan sampel ? Baca di dalam artikel saya di atas, khususnya mengenai “Frekuensi Pengujian”
Untuk mendapatkan beton yang berkualitas tentu pengawasan yang ketat harus dilakukan mulai dari awal sampai akhir, meliputi:
1. Pemilihan bahan baku (kerikil dan pasir) yang tepat sesuai dengan persyaratan gradasi, kekerasan, kandungan bahan organik, dan sifat kimia (reaktifitas thd alkali). Lakukan test di laboratorium.
2. Pemilihan bahan baku air yang tepat sesuai dengan persyaratan kebersihan, derajat keasaman, kandungan kimia, dll. Lakukan test di laboratorium.
3. Periksa dulu kadar air bahan baku (kerikil dan pasir) sebelum dicampur. Ini terutama untuk bahan yang ditumpuk di luar tanpa perlindungan terhadap cuaca, apalagi jika basah akibat diguyur hujan.
4. Lakukan koreksi jumlah air pada desain campuran akibat perbedaan kadar air bahan.
5. Lakukan pencampuran dengan komposisi perbandingan (volume atau berat) yang tepat sesuai desain. Pengawasan ketat diperlukan.
6. Pengadukan jangan terlalu cepat sehingga adonan sudah tercampur sempurna, namun jangan juga terlalu lama sehingga semen mulai mengeras. Pengadukan selama 5 menit dengan menggunakan mesin pengaduk (molen) sudah cukup.
7. Pengecoran dilakukan dengan usaha pemadatan yang memadai, bisa dengan dirojok atau menggunakan vibrator. Tinggi jatuh beton jangan lebih dari 1,5 m untuk menghindari segregasi (pemisahan antara agregat dengan pasta semen).
Kelebihan dan kekurangan cara pengadukan manual dengan mesin…? ya dari kecepatannya aja… Kalau manual ya lebih lama daripada dengan mesin.
Semoga membantu.
28 July 2009 at 17:17
ikutan nanya ya..
apakah ada korelasi antara kuat lentur dengan kuat tekan?
seandainya diketahui kuat lentur 4,5 MPa korelasi ke kuat tekan berapa? jadi mutu beton K berapa?
terima kasih banyak
29 July 2009 at 9:38
Mas Miftah, terima kasih atas kunjungannya.
Kuat lentur beton umumnya berkisar antara 10%-20% dari kuat tekannya tergantung dari komposisi beton itu sendiri (ukuran dan jumlah agregat kasar yang digunakan). Korelasi yang sesungguhnya harus diperiksa melalui percobaan di laboratorium untuk material dan mix design yang sama.
Demikian, semoga membantu.
30 July 2009 at 14:32
pak mau tanya?
1. kalau menguji beton dengan hammer test apakah selain dapat diketahui kekuatan beton tersebut?
2. misal beton K225 apakah dapat diketahui kekuatan beton tersebut semestinya?
3. apakah dari pengujian hammer test tersebut dapat diketahui volume beton tersebut?
trima kasih…
30 July 2009 at 15:22
Mas Nunu,
1. Ini yang mau ditanyakan apa ya ? Hammer test berguna untuk mengetahui (atau lebih tepatnya memperkirakan) kuat tekan beton yang sudah keras. Biasa digunakan pada struktur yang sudah berdiri.
2. Bisa, dengan menggunakan hammer test ini.
3. Hammer test tidak bisa menentukan volume beton. Untuk mengetahui volume beton tinggal dihitung panjang x lebar x tinggi.
Tambahan:
Hammer test hanya bisa memperkirakan kekuatan beton. Kekuatan beton sesungguhnya harus didapat dari uji tekan di laboratorium. Jadi sebaiknya sebelum menggunakan hammer untuk test, hammer tsb harus dikalibrasi dahulu terhadap hasil uji kuat tekan. Caranya:
1. Lakukan hammer test pada suatu benda uji dengan posisi vertikal dan horisontal
2. Lakukan test kuat tekan benda uji tsb sampai hancur
3. Hitung faktor kalibrasi hammer untuk kedua posisi vertikal dan horisontal dengan rumus : faktor kalibrasi = hasil uji tekan / hasil test hammer.
27 August 2009 at 11:10
Mas, bisakah hammer test dilakukan pada beton yang umurnya sdh lebih dr 1 tahun? Adakah koreksinya?. Trims
27 August 2009 at 11:49
Bisa, bahkan buat struktur yang sudah 1000 tahun juga bisa dan tidak perlu koreksi. Yang diperlukan adala faktor kalibrasi hammer. Caranya lihat di jawaban saya atas pertanyaan mas Nunu.
27 August 2009 at 18:42
Trims atas jawabannya. Bolehlah nambah pertanyaan lagi?. Bgmn kalo nilai R nya di bawah 20?. Trims sblmnya.
28 August 2009 at 8:56
Kalau kurang dari 20 berarti kuat tekannya terlalu kecil (di bawah 100 kg/cm2) untuk sebuah beton. Jadi tidak dimasukkan ke dalam grafik. Tapi kalau mau tahu nilainya, menurut saya pribadi, tinggal diperpanjang saja grafiknya.
22 October 2009 at 9:01
Mau tanya ni Pak Insinyur. Ukuran kerikil yang bagus untuk Beton bertulang berapa Cm? Bagaimana dengan ukuran 0.5cm – 1 cm ?
26 October 2009 at 9:11
Ukuran 0.5cm – 1cm masih bisa dipakai, namun ada persyaratan gradasi yang harus dipenuhi. Ini bisa dilihat di SNI 03-1750-1990 atau ASTM C33.
Pada dasarnya, semakin besar ukuran agregat, semakin sedikit semen yang dibutuhkan, artinya harga per-m3 beton akan semakin rendah.
31 October 2009 at 14:59
maaf mas saya pengen nanya…
beton mutu brapa yang baik untuk bangunan gedung bertingkat dan rumah.
dan mana lebih baik perbandinag campuran 1:3 tau 1:4
2 November 2009 at 9:39
Untuk pemakaian rumah bisa menggunakan beton K 200 – K 250. Kalau gedung bertingkat biasanya disesuaikan dengan bebannya. Misalnya untuk kolom paling bawah pada gedung bertingkat tinggi, bisa pakai beton mutu yang lebih tinggi misalnya K 300 – K 400 untuk mengurangi dimensi. Untuk proyek bangunan sederhana biasanya digunakan campuran 1:2:3:0,5 (semen:pasir:kerikil:air). Mutu beton yang dihasilkan berkisar K 200 s.d. K 250 tergantung kualitas pengerjaannya.
Kalau mengenai campuran, campuran untuk plasteran dinding biasanya digunakan 1:8 (semen:pasir), sedangkan untuk kamar mandi digunakan campuran 1:3.
11 November 2009 at 18:03
mas agus saya mau tanya tentang beton…
saya membuat beton dengan perbandingan semen dan pasir 1:5, 1:7, 1:10 dengan ukuran 10cm x 10cm x 25cm dengan menggunakan triplek sebagai cetakannya.
yang saya tanyakan apakah ada perbedaan jika saya menguji pada salah satu beton di hari yang berbeda seperti:
1. beton yang saya uji pada hari 14 atau hari 28 akankah memepunya hasil kekuatan beton yang berbeda?
2. ada referensi tidak mas mengapa beton baru bisa di uji sekitar 28 hari
terima kasih mas…
saya tunggu jawabannya
12 November 2009 at 9:01
1. Setiap sample sebaiknya diuji pada umur yang sama, supaya hasilnya apple to apple. Dalam hal ini, sample dengan perbandingan 1:5, 1:7, 1:10 harus diuji pada umur yang sama. Oh ya, satu kali pengujian harus dua sample, kemudian hasil yang diambil adalah rata-rata. Jadi kalau mau melakukan pengujian 2 kali, umur 14 dan 28, dibutuhkan 4 sample untuk masing-masing perbandingan.
2. Tidak ada referensi. Beton bisa saja diuji pada umur selain 28 hari, tergantung kebutuhan saja. Namun, untuk keperluan desain struktur, kuat tekon karakteristik (fc’) yang dipakai adalah umur 28 hari. Jadi mungkin karena itulah kontrol kualitas beton umumnya dilakukan pada umur 28 hari, untuk meyakinkan bahwa beton yang diproduksi memiliki kekuatan yang sesuai dengan desain.
15 November 2009 at 20:05
mas maaf saya ingin bertanya lagi…
mas punya tidak sekitar berapa kuat tekan beton perbandingan 1;5 1:7 1:7
saya sudah melakukan uji kuat tekan/UCS (uniaxial compresive strength) 1:5 (sampel berbentuk silinder tinggi=13cm diameter=5 cm) tapi hanya dapat 3 kilo newton(KN)…
saya masih blom yakin kuat tekan hanya 3KN, sehingga saya tidak melnjutkan uji dengan perbandingan sampel 1:7 dan 1:10
maksih mas
butuh pencerahannya
sebelumnya terima kasih sudah menjawab pertanyaan yg sebelumnya
16 November 2009 at 13:12
Maaf, saya tidak tahu karena saya tidak pernah melakukan pengujian untuk campuran seperti ini. Ini campuran tanpa kerikil ya…
Hasil test yang didapat sebesar 3kN berarti kuat tekannya sekitar 1.5MPa. Ini umur berapa ? Kalau sudah 28 hari terlalu kecil.
Btw, kuat tekan beton tidak hanya ditentukan oleh perbandingan semen / pasir saja. Justru yang lebih menentukan adalah perbandingan semen / air (Istilahnya faktor air semen). Semakin banyak air yang digunakan, semakin rendah kekuatan beton yang dihasilkan.
30 November 2009 at 14:34
Selamat sore,mas…Saya ingin menanyakan tentang slump pada beton. Saya mohon minta dijelaskan apa yg dimaksud dengan slump ? Karena waktu dulu saya di project rigid pavement, sering kali pada saat pembuatan ready mix ditanya slumpnya brp..
Thx
30 November 2009 at 15:11
Slump adalah ukuran kekentalan adukan beton basah, biasanya dinyatakan dalam cm.
Cara mengujinya dengan cara menggunakan slump cone (kerucut terpancung) dengan ukuran standar dia atas 4″, dia bawah 8″ dan tinggi 12″. Slump cone diletakkan di atas dasar yang rata, kemudian beton basah dimasukkan ke dalamnya dengan dipadatkan sampai penuh. Setelah itu slump cone diangkat dan meninggalkan beton basah di bawah. Ketinggian puncak beton basah akan turun. Besarnya penurunan ini dinyatakan sebagai slump. Semakin besar penurunan (berarti semakin besar angka slump) berarti beton semakin encer.
Dalam perencanaan campuran beton, besarnya slump mempengaruhi harga beton karena semakin besar slump maka kebutuhan semen juga semakin banyak.
Demikian penjelasan saya, semoga membantu.
4 December 2009 at 10:39
kenapa beton kubus lebih kuat daripada beton silinder ya?
mohon dijawab mas..
terimaksih banyak ya
7 December 2009 at 11:00
Memang faktor bentuk mempengaruhi hasil test. Bahkan perbedaan dimensi juga dapat mempengaruhi hasil. Kalau mengapanya saya nggak bisa jawab. Mungkin ada teman-teman lain yang bisa menjelaskan.
16 December 2009 at 9:08
saya menguji desak beton k225, tetapi belum pada umur 28 hari, yaitu antara umur 6 sampai 24 hari, apakah ada nilai konversi yang bisa dikalin untuk tiap2 umur beton yang berbeda agar nilai kuat beton sama dengan pada umur 28 hari???? atau gampangnya berapa persen dari maksimum kekuatan desak beton pada umur 6, sampai 24 hari,thanks
16 December 2009 at 10:06
Silahkan lihat grafiknya di sini.
16 December 2009 at 23:40
misi mas orang awam mo nanya
mas kalo ada istilah adukan beton basah berarti ada juga lawannya dong(adukan beton kering).
nah pertanyaannya:adakah/arti untuk maksud dari adukan basah dan adukan kering
thanks
17 December 2009 at 8:45
Adukan beton basah itu maksudnya adukan beton yang masih basah. Kalau sudah kering ya sudah keras, bukan adukan lagi namanya.
19 December 2009 at 21:22
mas mau naya dun..
ketika sampel yg diambil pd hari ke 7 tu tdk memenuhi syarat perencana,apakah kita harus membongkar lg betonnya??biasanya kasus apa aja yh yg menyebabkan beton tu dk sesuai dg rencana..
makasih…
21 December 2009 at 9:29
Weks… membongkar beton adalah alternatif terakhir bila sudah tidak ada kemungkinan lain karena pasti akan merugikan dari sisi biaya maupun jadwal penyelesaian. Jika hasil test laboratorium menunjukkan beton di bawah kualitas rencana, perlu dilakukan test kekuatan pada struktur yang telah berdiri, misalkan dengan hammer test atau core drill. Jika hasilnya juga buruk, perlu dilakukan perencanaan ulang pada bagian beton yang lemah, apakah dengan mengurangi / redistribusi beban, menambah struktur perkuatan, memperkuat / memperbesar struktur, dll.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kualitas beton, mulai dari kualitas desainnya (harus dicoba dulu dengan trial mix), kualitas bahannya (kekerasan, gradasi, dan kebersihan agregat, kandungan kimia air), kualitas pencampuran (ketelitian timbangan, faktor koreksi air untuk bahan agregat yang basah), kualitas pengerjaan di lapangan (pemadatan, tidak boleh segregasi), sampai kualitas pemeliharaan / curing (harus ditutup rapat untuk mencegah penguapan air).
20 January 2010 at 13:32
mas saya mau nanya, untuk menghasilkan mutu beton K300 itu menggunakan perbandingan berapa? (semen, pasir dan kerikil).
terima kasih
21 January 2010 at 8:57
Banyak faktor yang menentukan perbandingan, terutama slump dan gradasi kerikil. Jadi nggak bisa ditentukan begitu saja berapa semen, berapa pasir, dan berapa kerikil. Bahkan jumlah air yang dimasukkan juga mempengaruhi mutu / kekuatan beton.
21 January 2010 at 22:40
salam kenal mas.
ikut bertanya.
1. apa perbedaan beton massa, beton ringan dengan beton biasa
2. apakah ada perlakuaan, atau tipe khusus beton yang di cor didalam air
3. mengapa pengujian kuat tekan menggunakan benda kubus dan tabung
4. apakah bisa kita mendpatkan mutu beton yang tinggi, dengan nilai slump yang tinggi (misalnya 20cm)
5. apa pengaruhnyanya jika saat curing beton, sesaat setelah pengecoran, terjadi hujan, dan bagaimana tindakan yang terbaik
itu saja pertanyaan dari saya, atas jawabannya, saya ucapkan terima kasih banyak.
22 January 2010 at 9:50
Salam kenal juga.
1. Perbedaan beton
a. Beton massa (mass concrete) : struktur beton yang sangat besar. Problem yang umum pada struktur besar ini adalah thermal cracking karena panas hidrasi yang tinggi di bagian inti karena panas hidrasi yang terjadi tidak dapat cepat keluar.
b. Beton ringan (lightweight concrete) : beton yang di-desain khusus menggunakan agregat ringan. Berat beton ringan sekitar 1,8 ton/m3. Biasa digunakan untuk precast.
c. Beton biasa (normalweight concrete) : beton normal untuk pemakaian umum / pengecoran di tempat (cast-in-place). Berat beton normal sekitar 2,4 ton/m3.
2. Untuk beton yang dicor di dalam air, problem yang mungkin muncul adalah:
a. Segregasi
b. Beton terkontaminasi dengan air di sekitarnya
c. Peningkatan faktor air semen (karena terkena air di sekitarnya)
d. Washout (agregat halus hilang / hanyut terbawa air).
Untuk itu, biasanya digunakan admixture khusus untuk aplikasi pengecoran di bawah air, misalnya Hydrocem, Mellose, Rheomac. Silahkan googling untuk informasi selanjutnya mengenai admixture ini.
3. Memang standard pengujian beton adalah menggunakan kubus dan silinder. Mengenai mengapanya, saya tidak bisa menjawab. Pasti badan yang mengatur regulasi ini sudah melakukan studi sebelumnya.
4. Bisa, dengan menggunakan plastisizer. Pemakaian fly ash bisa juga meningkatkan slump.
5. Jika sesaat setelah pengecoran terjadi hujan, ya pasti betonnya rusak. Tindakan terbaik, cari waktu yang kemungkinan nggak hujan, minimal sampai beton mulai mengeras. Setelah cukup keras bisa ditutup dengan plastik.
Demikian, semoga membantu.
25 January 2010 at 17:05
mas, mau nanya pada grafik schmidt hammer disebelah kanan ada yang namanya distrubution (kg/cm2) dan nilainya ada +- 45, +- 60, maksudnya apa mas?
22 February 2010 at 8:23
Hmmm…distribution itu menurut saya maksudnya sebaran. Ada yang bisa bantu menjelaskan ?
21 February 2010 at 8:38
ijin follow ya gan
22 February 2010 at 8:35
Silahkan
8 March 2011 at 18:27
sya mahasiswa t.sipil,,,sya mo nanya nih,,apa ada hubungannya antara kekasaran permukaan agregat dengan jumlah kandungan air pada campuran beton,,,tolong dijelaskan,,makasih
14 July 2011 at 13:37
Menurut saya nggak ada. Yang ada hubungan antara daya resap agregat dg jumlah air di dalam beton. Daya resap dihitung dari jumlah air yg terkandung di dalam agregat dalam kondisi SSD
15 June 2011 at 0:15
ass mo nanya
berapa persen standar test NDT pada beton di lapangan dan adakah Aturan beton yang menyatakan itu?
Tks
14 July 2011 at 13:31
Mutu beton di lapangan biasanya dikontrol dengan hasil test benda uji di laboratorium. NDT hanya dilakukan jika terjadi hasil laboratorium yang tidak sesuai dengan hasil yang diharapkan.
30 June 2011 at 12:50
mas saya mau nanya nih ada nggak sofware untuk menghitung Rab SNI juga metode untuk pelaksanaanya kalo ada bisa konfirmasi saya pada email. karna saya sangat membutuhkannya.
14 July 2011 at 13:29
Sependek pengetahuan saya nggak ada
17 July 2011 at 19:20
hammer test… bagaimana cara menggunakannya… apakah itu ketelitiannya lebih bagus dari test beton di lab…? adakah kekurangannya? tq
5 August 2011 at 8:06
Hammer test tidak dapat dilakukan sekali. Biasanya dalam area 10 x 10 cm, dilakukan sepuluh test untuk mendapatkan nilai rata-ratanya. Menurut saya hasil test yang layak dipercaya adalah dari test tekan. Hammer test hanya digunakan untuk memeriksa struktur yang sudah berdiri, bukan untuk test benda uji.
23 July 2011 at 15:55
boleh tanya ga faktor koreksi umur56 hari itu brpa ya???
5 August 2011 at 8:03
Kan sudah ada di grafik di atas ??
14 August 2011 at 23:56
pak mau tanya neeh..
1. jika kita melakukan pengecoran dilaut, bisakah untuk campuran betonnya air menggunakan air laut, jika bisa apakah ada syarat2 khususnya..
2. saya pernah membaca tentang uji tekan K (karakteristik) dengan fc. K dengan kubus dan fc dengan tabung, nah ditemukan diteemukan konfersi dari fc ke K yaitu … x 10 / 0,83..
apa maksudnya ini??
3. berapa ukuran slump untuk pondasi pile cap, tie beam, balok, kolom, plat?? apakah berbeda2??
4. tentang uji slump. bagaimana jika beton kita tidak sesuai dengan slump yang kita inginkan.. misal kita mau slump 12 cm, tapi pada saat perjalanan mengalami kemunduran waktu yang mengakibatkan slump berkurang, nah bagaimana mengatasinya.
mungkin itu dulu yang bisa saya tanyakan
27 October 2011 at 17:26
1. Pertanyaannya menarik, bisa jadi topik posting tersendiri. Beberapa hal yang dapat saya sampaikan adalah:
a. Jika betonnya bertulang, air laut dapat menyebabkan korosi pada tulangan. Sehingga air laut tidak boleh digunakan untuk beton bertulang, terlebih untuk pre-stressed
b. Air laut juga tidak boleh digunakan jika agregatnya termasuk dalam agregat yang reaktif terhadap alkali
c. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beton yang dibuat dengan air laut akan mengeras lebih cepat, namun kekuatan pada umur 28 hari menurun sekitar 10 – 15 persen
Mungkin itu yang dapat saya sampaikan, silahkan disimpulkan sendiri
2. Maksudnya hasil yang didapat pada pengujian menggunakan bentuk sampel silinder akan berbeda dengan sampel yang berbentuk kubus, meskipun dari adukan beton yang sama. Jika sampel kubus didapatkan hasil 1 MPa, maka sampel silinder akan mendapatkan hasil 0.83 MPa
3. Silahkan cek di Peraturan Beton (SNI). Angkanya ada di sana
4. Biasanya beton dengan aditif retarder bisa bertahan maksimum sampai 4 jam. Jika sudah lebih dari 4 jam, beton tidak boleh dipakai lagi. Apabila masih di bawah 4 jam, slump bisa ditambahkan kembali dengan menggunakan aditif plasticizer. Tidak boleh pakai air karena akan menurunkan rasio semen : air yang berakibat menurunnya kuat tekan.
27 October 2011 at 16:29
numpng nanya bos..
bila hasil pengujian sample beton tidak memenuhi salah satu persyaratan yang di atas ap yang harus kita lakukan?tks
27 October 2011 at 16:49
Banyak option yang bisa kita pilih
1. Hitung ulang struktur dengan menggunakan fc’ yang aktual
2. Jika tidak masuk, coba re-arrange beban, re-arrange kegunaan ruang, beri batas beban maksimum, dll
3. Jika masih tidak masuk, coba desain perkuatan
4. Jika tidak berhasil, terpaksa struktur dibongkar –> ini option yang paling dihindari
28 October 2011 at 0:45
apa tidak ada pengujian yang tidak merusak bos?
28 October 2011 at 8:17
Ada. Bisa pakai hammer test
28 August 2012 at 14:49
Mas, ada beberapa hal yang ingin saya ketahui, mungkin pertanyaannya sangat awam…
Pada saat terima barang K175, K225, K400 dsb, apa ciri fisik yang bisa kita lihat u/ bisa mambedakan antara kualitas beton misal K225 dengan yang lain..
Terima kasih atas pencerahannya mas
28 August 2012 at 15:35
Tidak ada ciri spesifik yang bisa membedakan. Harus dicek dengan cara pengujian kuat tekan atau dengan hammer test (ini kalau sudah kering). Kalau masih basah ya terima saja dulu. Setelah kering baru dicek.
12 September 2012 at 16:51
Ikut nanya Mas, saya masih pemula Mas:
saya mau ngecor dudukan mesin uk 10mx4mx20cm, proses kerja saya; 1. Chipping lantai dasar kedalaman 5 cm 2. Gelar wire mesh 3. Gelar adukan cor beton.
Yang jd pertanyaan saya:
1. Apakah perlu sebelum di cor, terlebih dahulu lantai yg sdh dichipping dikasi lem beton seperti perekat mortar spy lantai dasar dan tambahan lebih menyatu?
2. Apakah diatas wiremesh perlu juga diikat besi BL mis uk 10mili disusun seperti huruf U terbalik.
3. Mohon pencerahan Mas, cara yg efisien spy hasilnya tidak retak ketika mesin diletakkan diatasnya, mengingat getaran mesin cukup kuat.
12 September 2012 at 17:13
Mesinnya ada di elevasi tanah atau di lantai atas ?
Kalau di elevasi tanah, sebaiknya pondasi tsb tidak dicor ke lantai, tapi langsung di cor ke tanah. Lantai dipisah dari pondasi mesin supaya tidak terpengaruh oleh getaran mesin. Kalau dijadikan satu dengan lantai dikhawatirkan lantai akan retak.
8 October 2012 at 16:58
pak agus saya mau nanya…..
bagaimanan cara menganalisis beton layak atau tidak nya stelah terjadi gedung tersebut trbakar…?
8 October 2012 at 17:43
Harus dilakukan observasi thd gedung yang terbakar. Observasi dilakukan utk mengumpulkan data sebanyak-banyaknya mengenai lamanya kebakaran, pengamatan visual terhadap kondisi struktur (warna, retak, dll), pengetesan di lapangan (hammer test, ultrasound, dll), dan pengetesan laboratorium (compression test dari core drill, uji tarik baja, dll). Setelah itu diperkirakan faktor kerusakannya (persen kekuatan sisa beton dan baja), kemudian dilakukan analisa struktur dengan data tsb untuk menilai apakah struktur tsb masih kuat.
24 January 2013 at 18:03
Salam kenal Mas,
Pekerjaan saya berhubungan erat dengan kwalitas beton (lantai), saya sebagai aplikator epoxy flooring.
Sering saya temukan pada beton K.300 dengan umur sudah diatas 28 hari tetapi kwalitas lapisan atas beton tersebut kok berbeda kekerasannya yah? hal tersebut saya ketahui pada saat surface preparation ( kadang dengan menggunakan floor grinding atau blasting) ternyata pada masing2 blok pengecoran kekerasannya beda. Setelah saya tanyakan pada kontraktor yang bersangkutan hal tersebut disebut Dusting. Jadi lapisan paling atas setebal kurang lebih 1-2 mm sangat lunak namun bagian bawahnya cukup keras.
Yang saya tanyakan :
1. Apa yang dimaksud dengan dusting
2. Apa penyebab terjadinya Dusting itu sendiri mas? apakah disebabkan oleh
Material yang digunakan atau karena aplikasinya yang salah.
Terima kasih, tolong dibantu ya mas.
Salam
Rudi
25 January 2013 at 9:24
Sepertinya itu dikarenakan curing yang tidak merata. Pada intinya, setelah beton dicor, permukaannya harus selalu dijaga agar tetap basah dengan jalan ditutup rapat dengan plastik atau disiram air. Jika permukaan tidak ditutup dengan baik, maka air di permukaan tsb akan menguap sehingga jumlah semen yang bereaksi dengan air akan berkurang, sehingga beton yang terbentuk di permukaan akan berkurang. Ini yang menyebabkan permukaannya menjadi lunak. Debu yang terdapat di permukaan sebenarnya adalah semen yang tidak sempat bereaksi dengan air.
Mudah-mudahan bisa menjelaskan.
25 November 2014 at 10:07
salam kenal pak.
saya belum pernah melakukan test slump pak. kira – kira apa yang dilakukan seandainya test slump. Kasus 1 : Slump Rencana 12 ± 2, slump aktual 6 ± 2.
Kasus 2 : Slump rencana 10 ± 2, slump aktual 16 ± 2.?
22 June 2015 at 8:30
Koreksi jumlah air dan semennya.
Kalau slump terlalu tinggi, kurangi air dan semen. Kalau slump terlalu rendah, tambahkan air dan semen.
Penambahan / pengurangan air harus selalu diikuti dg penambahan / pengurangan semen supaya perbandingan air thd semen tetap.
9 April 2015 at 22:14
selamat malam mas, maaf sebelumnya salam kenal saya mahasiswa jurusan teknik sipil..
saya mau bertanya mas..
Jika dalam penggujian kuat tekan beton diperoleh hasil kuat tekan beton tidak sesuai (lebih kecil) dengan kuat tekan beton yang ditargetkan dalam mix design. bagaimanakah tahapan-tahapan yang harus dilakukan untuk mendapatkan kekuatan tekan sesuai dengan yang ditargetkan..
terimakasih sebelumnya 🙂
22 June 2015 at 8:27
Kekuatan beton banyak dipengaruhi oleh faktor air semen dan mutu bahan pembentuknya.
Coba hitung lagi jumlah air yg diperlukan, dan perhatikan kelembaban agregatnya. Jumlah air harus dikoreksi thd kelembaban agregat supaya faktor air semen tidak tinggi yg menyebabkan kekuatannya turun.
19 June 2015 at 21:44
Pak, mau tanya :
1. apakah yang mempengaruhi mutu beton? apakah perawatan yang kurang bagus dapat berpengaruh secara significant terhadap mutu beton? mohon dijelaskan korelasi antara perawatan beton dengan mutu beton? apakah cukup significant bila perawatan kurang bagus misalnya ready mix yg digunakan K350 namun hasil test hanya K300, mhn penjelasan.
2. faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap mutu beton?
3. Terima kasih,pak
22 June 2015 at 8:22
Betul. Sangat berpengaruh.
Perawatan beton yg bagus adalah utk mempertahankan jumlah air di dalam beton yg masih basah dengan jalan menutup rapat dg plastik, atau penutup lainnya. Tujuannya agar air tidak menguap. Kekuatan beton sangat dipengaruhi oleh perbandingan jumlah air thd jumlah semen (Faktor Air Semen). Jika air menguap, akibatnya jumlah air yg bereaksi dg semen akan berkurang, sehingga otomatis kekuatannya berkurang.
Semua bahan pencampur beton mempengaruhi mutu beton, misalkan perbandingan air-semen, bentuk dan kekerasan agregat, mutu air (kandungan organik dan kimia).
1 November 2015 at 20:39
pa mau tanya tindakan apa yang harus saya lakukan jika pada suatu pekerjaan beton tulangan mutu nya hanya k210 dari mutu beton yang direncanakan k375?
makasih sebelum nya
2 November 2015 at 8:24
Dihitung lagi strukturnya dengan mutu beton aktual. Kalau setelah dihitung ternyata tidak kuat, tindakannya adalah:
1. Memberi perkuatan pada struktur. Bisa dengan menambah kolom, balok, dsb.
2. Membatasi beban. Bisa dengan mengubah peruntukan ruang, memberi rambu2 beban maksimum, dsb.
12 November 2015 at 23:13
assalamu’alaikum WR.WBR.
salam kenal.
Mf pak, saya ingin tahu berapakah durasi waktu yang tepat antara pengecoran abutment (kepala abutment) dan pengecoran plat lantai jembatan?? karena saya pernah melihat sebuah proses pengecoran plat lantai jembatan sedangkan umur pengecoran abutment jembatan belum mencapai 7 hari. Apakah beban plat lantai (material2 cor dan tulangan) tidak membahayakan abutmen yang belum mencapai umur beton yang disyaratkan??
Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.
12 November 2015 at 23:15
assalamu’alaikum WR.WBR.
salam kenal.
Mf pak, saya ingin tahu berapakah durasi waktu yang tepat antara pengecoran abutment (kepala abutment) dan pengecoran plat lantai jembatan?? karena saya pernah melihat sebuah proses pengecoran plat lantai jembatan sedangkan umur pengecoran abutment jembatan belum mencapai 7 hari. Apakah beban plat lantai (material2 cor dan tulangan) tidak membahayakan abutmen yang belum mencapai umur beton yang disyaratkan??
Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.
13 November 2015 at 8:24
Wa’ alaikum salam wr. wb.
Kalau lihat grafik perkembangan kekuatan beton di artikel tsb, kelihatan bahwa umur 3 hari saja, kekuatan beton sudah mencapai di atas 40%. Biasanya saat pengecoran, kita punya benda uji untuk ditest pada umur tertentu (7, 14, 21, 28). Nah, setelah kita lakukan pengujian pada benda uji setelah umur 7 hari misalnya, kita sudah punya gambaran berapa kekuatan beton saat itu. Dari situ kita bisa hitung ulang kekuatan struktur kita (dalam hal ini kepala abutment) apakah sudah cukup kuat untuk menopang berat struktur di atasnya (plat lantai jembatan).
19 March 2016 at 10:42
Assalamualaikum wr wbr.
Salam kenal bapak Agus, saya ingin bertanya, apa yang harus dilakukan jika struktur beton yang sudah terpasang tidak sesuai dengan rencana?
Terimakasih
21 March 2016 at 12:09
Wa ‘alaikum salam. Silahkan baca di tulisan saya yang lain
21 March 2016 at 11:52
[…] dengan tulisan saya sebelumnya, Evaluasi Kekuatan Beton, saya banyak menerima pertanyaan yang senada yang intinya adalah “Bagaimana jika kekuatan […]